Hotspot Tanjabtim Terbanyak se-Jambi

MUARASABAK – Dari 62 hotspot yang terpantau di Provinsi Jambi, berdasarkan pantauan sensor modis tertanggal 4 September, 50 titik berada di Kabupaten Tanjab Timur. Sisanya di Kabupaten Muarojambi sebanyak 5 hotspot, Kabupaten Tanjab Barat 3 hotspot, Kabupaten Sarolangun 2 hotspot, dan satu hotspot di Kabupaten Bungo dan Merangin.

Dari 50 hotspot di Kabupaten Tanjab Timur, 37 titik terpantau di Kecamatan Dendang. Sisanya sebanyak 13 hotspot terpantau di Kecamatan Sadu. Terkait hasil pantauan sensor modis ini, BPBD Kabupaten Tanjab Timur mengatakan, Kecamatan Dendang merupakan karthutla terparah, yang terjadi di Desa Catur Rahayu dan Desa Jati Mulyo.

“Sebenarnya di Dendang itu ada dua lokasi utama, yakni di Desa Catur Rahayu dan Desa Jati Mulyo. Hanya saja karena dalam satu hamparan karhutla terdiri dari sejumlah titik api, makanya terpantau oleh satelit sebanyak 37 titik api,” jelas Indra, Kabid Kedaruratan dan Logistik BPBD Kabupaten Tanjab Timur.

Dari sekitar 80 hektare lahan yang terbakar di Kecamatan Dendang, terdiri dari lahan milik masyarakat dan dua perusahaan yakni lahan perkebunan milik PT Atga dan PT Kaswari Unggul. “Karhutla di Dendang sendiri telah terjadi sejak tiga hari lalu. Ada titik api yang tengah dalam proses pendinginan, dan ada pula titik api baru yang hingga saat belum berhasil dipadamkan,” terang Indra.

Sementara itu, Dandim 0419/Tanjab Letkol Inf M Arry Yudistira, Kapolres AKBP Agus Desri Sandi, meninjau langsung lokasi kebakaran, kemarin (4/9). Personel gabungan yang berada di lokasi kebakaran di Kecamatan Dendang saat ini berjumlah 250 personel. Terdiri dari TNI, Polri, Manggala Agni, BPBD, Damkar, masyarakat, dibantu oleh perusahaan.

“Sejumlah alat mulai dari alat berat hingga peralatan pemadam pun telah dikerahkan ke lokasi, dengan harapan tim dapat memadamkan kobaran api dan memutus sebaran lahan yang terbakar,” kata Arry.

Hal senada juga dikatakan Agus Desri Sandi. Kata dia, Polda dan Korem telah mengirimkan bantuan personel, masing-masing 50 orang. Kehadiran bantuan personel diharapkan dapat segera memadamkan titik api yang telah tiga hari belum berhasil dipadamkan.

Sementara itu, kabut asap di Kabupaten Tanjab Barat khususnya di Kota Kualatungkal semakin pekat. Jarak pandang menjadi terbatas. Selain itu, dari pantauan di lapangan jarak pandang di Pelabuhan Marina maupun Pelabuhan Roro juga terbatas. Sehingga kapal yang ingin bersandar ataupun berlayar mesti ekstra  hati-hati.

Kondisi ini membuat mayoritas masyarakat Tanjab Barat khawatir akan dampak dari kabut asap tersebut. Darwin, salah seorang warga Tungkal kepada Jambi Independent mengungkapkan jika kondisi udara yang belakangan ini dirasakannya sudah tidak sehat. Sebab telah berdampak pada kesehatan. 

"Bangun tidur rasanya sudah sesak, mata pun terasa perih," imbuhnya. Dia berharap kepada pemerintah untuk segera melakukan tindakan terhadap kabut asap. "Kalau dibiarkan nanti akan menimbulkan berbagai efek yang merugikan," katanya.

Terpisah, Kepala Dinas Lingkungan Hidup Tanjab Barat Suparjo mengakui, saat ini Kabupaten Tanjab Barat tidak mempunyai alat stasiun pemantau udara. Hal itu menurutnya dikarenakan harga alat tersebut yang relati mahal.

"Terakhir pemantauan kami lakukan di bulan Mei lalu, saat ini kami tidak melakukan pemantauan, karena alatnya tidak ada. Untuk satu alat harganya mencapai 16 miliar," ucapnya.

Suparjo mengatakan adapun upaya yang dilakukan oleh pihaknya saat ini ialah membagikan masker kepada masyarakat. "Kepada masyarakat Tanjab Barat kami menghimbau agar mengurangi aktivitas di luar rumah, terutama di pagi hari hingga pukul 09.00 Wib. Karena saat itu kabut asap masih melekelat di embun," ujarnya.

Sementara itu, Sekretaris BPBD Tanjab Barat Suprapto menyebutkan jika kabut asap yang menyelimuti Tanjab Barat akibat kebakaran lahan di Kecamatan Betara dan kabut asap kiriman dari kebakaran yang terjadi di Kabupaten Indragiri Hilir, Riau.

"Saat ini tim kita masih turun ke lapangan untuk melakukan pemadaman di Betara. Semoga pemadaman bisa selesai secepat mungkin agar kondisi kembali normal," bebernya.

Kepala Dinas Kesahatan Tanjab Barat Andi Pada menyebutkan setelah melakukan pengukuran Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU), kondisi udara di Tanjab Barat sudah masuk ke dalam kategori tidak sehat.

"Anjuran kami ke masyarakat agar mengurangi aktifitas diluar rumah atau gedung dan enggunakan masker jika beraktifitas diluar rumah atau gedung," himbaunya. "Bagi anak-anak sekolah, sementara waktu agar tidak melakukan aktifitas olahraga diluar ruangan sampai kualitas udara kembali membaik," tandasnya.

sumber: jambi-independent.co.id